Surabaya Dinilai Gagal Tangani Covid-19 Saat PSBB, Apa Penyebabnya?



[ad_1]

KOMPAS.com – Pimpinan DPRD Kota Surabaya, Jatim, menilai, pemerintah kota setempat tidak berhasil memutus rantai penyebaran corona virus selama pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap pertama pada 28 April hingga 11 Mei 2020.

“Kami menilai pemkot tidak memiliki roadmap (peta jalan) yang terukur sehingga grafik penyebaran Covid-19 masih tinggi, “kata Wakil Ketua DPRD Surabaya, Laila Mufidah, di Surabaya, seperti dilansir dari Antara, Senin (5/11/2020).

Dia menilai, tanpa roadmap yang jelas dan terukur, penanganan pandemi Covid-19 ini akan serampangan, bahkan bisa dianggap masyarakat sekadar pencitraan.

“Ada banyak evaluasi yang harus dilakukan Pemkot Surabaya dengan sudah berjalannya PSBB tahap pertama. Misalnya, bagaimana target yang terukur dari penerapan PSBB itu,” ujar dia.

Baca plays: Pelanggar PSBB Surabaya Tahap 2 Bakal Disanksi Lebih Tegas

Target itu, kata dia, bisa mencakup jumlah pengujian sampel dan tes PCR yang telah dilakukan.

Selain itu, juga perlu diukur sejauh mana agresifitas pelacakan penyebaran Covid-19 yang sudah dilakukan.

“Perlu dikaji plays, seberapa ketat monitoring potensi penyebaran Covid-19 di beberapa klaster, “kata dia.

Politikus PKB ini menganggap pengawasan klaster sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya klaster baru.

Dia mencontohkan klaster pabrik rokok Sampoerna di kawasan Rungkut yang dinilai terlambat ditangani Pemkot Surabaya.

“Baru setelah ramai terungkap di publik, Pemkot Surabaya seperti kebakaran jenggot,” ujar Laila.

[ad_2]