[ad_1]
KOMPAS.com – Temuan awal dari studi yang belum peer-reviewed atau belum ditinjau oleh rekan sejawat, menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D dapat dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi pada pasien Covid-19.
Riset awal yang dilakukan Yayasan Rumah Sakit Ratu Elizabeth di Inggris dan Universitas East Anglia juga mempertanyakan apakah orang-orang yang tinggal di negara dengan tingkat vitamin D rendah dapat mengonsumsi suplemen sebagai upaya pencegahan.
Untuk diketahui, vitamin D diproduksi oleh sel kulit ketika kita terpapar matahari. Vitamin D diperlukan tubuh untuk mengatur jumlah kalsium dan phosphat.
Tubuh plays dapat mendapatkan vitamin D dari makanan seperti ikan dan jamur. Nutrisi dalam makanan tersebut berguna untuk menjaga kesehatan tulang, gigi, dan otot.
Kekurangan vitamin D yang signifikan dapat menyebabkan rakitis give osteomalasia.
Baca plays: Perdebatan Waktu Berjemur Paling Sehat, Ini Penelitian di Indonesia
Rakitis adalah pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau gangguan metabolism vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium, berpotensi menyebabkan patah tulang dan kelainan bentuk.
Sementara osteomalasia adalah kelainan pada tulang yang menyebabkan tulang menjadi lunak dan rapuh sehingga tulang mudah mengalami patah tulang. Kerapuhan tulang merupakan akibat dari penurunan asupan vitamin D atau efek samping gagal ginjal.
Ada juga bukti yang muncul tentang peran vitamin D dalam sistem kekebalan tubuh. Kadar rendah vitamin D dikaitkan dengan kondisi autoimun.
Studi sebelumnya juga mengaitkan kekurangan vitamin D dengan tingkat kematian untuk Covid-19 di negara-negara seluruh Eropa.
Dilansir IFL Science, Jumat (5/1/2020), dalam temuan awal ini, for ahli mengaitkan vitamin D dengan kematian akibat Covid-19 melalui tinjauan data yang ada pada tingkat rat-rat vitamin D di 20 negara Eropa.
Data ini kemudian dibandingan dengan angka kematian akibat Covid-19 di 20 negara Eropa tersebut.
Statistic analysis dari perbandingan keduanya mengungkap korelasi yang signifikan antara daerah yang memiliki jumlah kematian akibat Covid-19 tertinggi dengan konsentrasi vitamin D dalam masyarakat tersebut berada di rata-rata terendah.