[ad_1]
JAKARTA, AYOBANDUNG.COM – Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof drh Wiku Adisasmito mengatakan data penambahan kasus tiap pekan Covid-19 di Tanah Air saat ini menunjukkan gerakan kurva melandai.
“Dari dates terlihat yang disebut kurva melandai atau gerakan kurva melandai,” kata dia saat konferensi video di Jakarta, Sabtu (9/5).
AYO BACA: Asteroid Berdiameter 100-500 Meter Bisa Membuat Kawah Seluas 5 Kilometer
Untuk melihat kondisi tersebut, ia mengatakan minimal harus dilihat dari 10 provinsi, termasuk provinsi yang memiliki penambahan kasus terbanyak. Saat ini, 10 provinsi dengan penambahan kasus Covid-19 terbanyak di Tanah Air meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Nusa Tenggara Barat, Bali, Papua, dan Sumatera Barat.
“Namun jangan interpretasikan melandai itu berakhir. Belum, karena ini baru data satu pekan,” ujar dia.
AYO BACA: 2000-an Asteroid Tergolong Berbahaya Berada Dekat Bumi
Ia mengatakan data setiap pekan itu penting untuk diperhatikan sebab merupakan gambaran yang lebih realistis. Jika hanya melihat pada angka kumulatif, tentu terlihat selalu naik dan membuat masyarakat menjadi was-was.
“Padahal jika dilihat dates per pekan itu sudah ada melandai. Semoga nanti naik sedikit atau tetap segini saja. Kalau untuk turun, itu belum tentu,” katanya.
Menurut dia, jika penambahan data Covid-19 pekan selanjutnya menunjukkan kenaikan data yang sedikit saja atau tetap sebagaimana sekarang, maka itu berarti sudah ada kecendungan menurun.
Ia mengimbau setiap orang bersama-sama berperang melawan Covid-19 dan tidak cepat-cepat menarik kesimpulan saat melihat kumulatif data yang terus naik dari hari ke hari. Selain itu, seluruh pimpinan daerah juga perlu memastikan masyarakatnya dikendalikan agar benar-benar dapat menang melawan Covid-19.
“Ini seperti lari marathon di mana pesertanya ialah seluruh rakyat Indonesia. Dan untuk berlari itu dibutuhkan ketahanan yang panjang,” ujarnya.
AYO BACA: Modus Kehabisan Bensin, Abang Ojol Tipu Baim Wong
Berita ini merupakan hasil kerja sama antara Ayo Media Network dan Republika.
Isi tulisan di luar tanggung jawab Ayo Media Network.
[ad_2]