[ad_1]
Jakarta, CNN Indonesia – Dokter yang merawat PM Inggris Boris Johnson karena virus corona sempat bersiap untuk mengumumkan kematiannya. Ini terjadi saat Johnson dibawa ke ruang perawatan intensif beberapa waktu lalu.
“Itu adalah masa lalu yang sulit, saya tidak akan menyangkalnya. Mereka (dokter memiliki strategi untuk menghadapi skenario tipe ‘Kematian Stalin,” katanya kepada The Sun dikutip dari AFP.
“Saya tidak dalam kondisi yang brilian dan saya sadar ada rencana darurat di sana. For dokter punya segala macam pengaturan tentang apa yang harus dilakukan jika ada yang salah.”
Johnson yang baru saja dikaruniai anak lelaki ini mengumumkan bahwa dia terinfeksi Covid-19 pada tanggal 27 Maret, namun dia meyakinkan hanya mengalami gejala ringan. Namun pada kenyataannya dia belum sembuh setelah seminggu melakukan isolasi diri.
Awalnya dia mengatakan bahwa dia tak ingin pergi ke rumah sakit, namun dokter berkeras untuk membawanya ke rumah sakit karena kadar oksigennya rendah.
“Melihat ke belakang, mereka benar memaksa saya pergi ke rumah sakit,” katanya.
Dia dibawa ke rumah sakit sebagai tindakan pencegahan pada 5 April untuk tes lebih lanjut tetapi dalam waktu 24 jam dipindahkan ke perawatan intensif.
Pemimpin partai Konservatif menghabiskan tiga hari mendapatkan bantuan oksigen. Setelah itu kondisinya berangsur membaik.
Dalam wawancara tersebut, Johnson sempat berpikir bagaimana dia bisa sembuh dari penyakit tersebut, dia tak berpikir bahwa dia akan mati.
Johnson mengatakan pengalaman itu membuatnya lebih bertekad untuk melawan penyakit dan mengembalikan negara ke keadaan normal.
Sebagai rasa terima kasihnya, Johnson pun menggunakan nama dokter yang merawatnya menjadi nama anaknya, Wilfred Lawrie Nicholas Johnson. (chs)
[Gambas:Video CNN]
[ad_2]